Jika boleh memilih, pasti tidak ada satupun dari kita yang menginginkan terjadinya wabah yang disebabkan virus Covid-19 ini. Tapi memang tidak selamanya kita bisa mengontrol apa yang akan kita hadapi. Nyatanya, saat ini dunia, termasuk Indonesia, boleh dibilang sedang berada dalam kesulitan dikarenakan pandemi global ini.
Kita tidak bisa menyembunyikan kesedihan karena banyaknya saudara kita yang terserang virus ini, bahkan hingga meninggal dunia. Kita yang sehat pun akan selalu diliputi kekhawatiran ketika beraktifitas. Tanpa pernah tahu, kapan dan dimana virus ini mengintai kita. Sudah satu tahun lebih banyak perusahaan memberlakukan Work From Home mengikuti himbauan pemerintah. Banyak dari kita yang perlu merubah kebiasaan karena keterpaksaan saat ini. Gagap pasti, namun di tengah keprihatinan yang kita rasakan bersama, banyak hikmah yang bisa dipetik dari peristiwa tidak biasa ini.
Sebagian besar kita yang biasanya harus berangkat pagi-pagi sekali dari rumah, berdesak-desakan 1 sampai 2 jam di perjalanan, sampai kantor sudah dalam kondisi lelah psikis, kini bisa memulai pekerjaannya lebih pagi dengan kondisi pikiran yang lebih segar karena tidak perlu menembus kemacetan atau berdesak-desakan di kereta. Bagi yang mungkin di kantor sering mencuri-curi waktu untuk ngobrol atau bahkan ngegosip dengan rekan kerja, kini bisa punya waktu lebih untuk menyelesaikan tugas-tugas tepat waktu, tanpa perlu dibawa lembur. Selain itu, bagi pekerja di Jabodetabek, waktu bersama keluarga menjadi barang yang cukup langka, tapi dalam masa-masa ini kita bisa melihat bagaimana anak dan pasangan kita bahagia karena bisa menghabiskan waktu bersama lebih banyak.
Wabah ini membentuk habit baru yang selama ini mungkin masih sulit diterapkan. Misalnya saja online meeting. Saya ingat, dalam kondisi normal, walaupun sudah di era serba digital, sulit sekali mengajak klien melakukan online meeting. Klien, terlebih di level senior manajemen atau direksi, biasanya menginginkan meeting dengan bertatap muka. Terkadang bahkan meeting tatap muka ini harus dilakukan berkali-kali sampai akhirnya closing. Alhasil, cukup sering kita membuang waktu, energi, dan biaya di perjalanan. Kini karena dipaksa oleh situasi, online meeting menjadi lazim dilakukan, secara waktu, energi, maupun biaya tentu lebih efisien.
Habit lain yang juga mulai terbiasa adalah bekerja dengan seminimal mungkin supervisi, fokus pada tanggung jawabnya. Sebagian karyawan selama ini terbiasa bekerja dengan pengawasan dari team leader atau atasannya, mungkin di awal-awal merasa lebih bebas karena tidak perlu bekerja di hadapan pimpinan di kantor, namun saya cukup yakin perlahan tapi pasti rasa tanggung jawab akan pekerjaan menjadi lebih besar walau tanpa supervisi. Beberapa kebiasaan baru ini tentu kita harapkan akan tetap bisa terjaga walaupun nanti wabah sudah berlalu.
Selain kebiasaan-kebiasaan baru, di situasi yang serba tak menentu ini, sebenarnya kita bisa melihat bagaimana diri dan perusahaan kita siap menghadapi krisis. Bagaimana sang pemimpin perusahaan memperhitungkan segala sesuatu, baik sisi bisnis maupun sisi manusia yang terlibat di dalamnya. Mungkin ada perusahaan -dengan segala konsekuensinya- mementingkan bisnis di atas manusia di dalamnya. Sebaliknya ada juga perusahaan yang berusaha keras untuk menomorsatukan manusia dibanding pencapaian angka semata. Semua kembali pada strategi dan culture dari masing-masing perusahaan. Di lain sisi, perusahaan bisa melihat siapa karyawan yang cukup setia untuk bersama-sama melewati badai, mana yang dengan mudahnya meninggalkan kapal untuk kepentingan dirinya sendiri.
Cukup menarik tentu melihat fenomena di dunia bisnis belakangan ini, turut prihatin juga dengan rekan-rekan yang terpaksa mengalami kejadian tidak diinginkan. Yang perlu kita ingat, apapun yang terjadi, positif maupun negatif, selalu ada hikmah yang bisa dipetik. Seperti apa sikap kita saat menghadapinya, itu yang bisa menentukan jalan ke depannya. Seperti pepatah bijak, Kita tak bisa mengontrol arah angin, yang bisa kita lakukan adalah menyesuaikan layar. Semoga wabah ini segera berlalu, dan kita bisa memetik pelajaran berharga dari pandemi global ini. Amiiiin.